Gaya Berpikir
dalam Menentukan Prinsip-prinsip dalam Belajar
Oleh Alex Sander
I. PENDAHULUAN
a)
Latar Belakang
Pada hakikatnya manusia
dikarunia oleh Tuhan berupa kelebihan dan kelemahan pada dirinya. Kelebihan dan
kelemahan berjalan secara terpadu sehingga manusia tersebut mampu memahami dan
mengatasi problematika yang dihadapi dirinya. Namun pada dasarnya manusia itu
memiliki akal dan pikiran yang mampu ia pakai dalam menyelesaikan tugas-tugas
kehidupannya dan problematika yang menyelimutinya. Karunia akal dan pikiran
inilah yang membedakan manusia dengan makhluk yang lainnya. Filsuf Socrates
mengemukakan bahwa manusia itu berpikir maka manusia itu ada. Manusia itu mampu menggunakan pikirannya yang
menjadikan makhluk yang istimewa dalam kehidupan ini. Tentunya, manusia itu
senantiasa dikaruniai oleh permasalahan-permasalahan yang dihadapinya karenanya
jika ia tidak punya masalah maka ia menjadi masalah. Karena permasalahan yang
dihadapi itulah menjadikan manusia itu senantiasa itu berpikir secara berkesinambungan.
Selanjutnya, manusia itu
menggunakan fungsi otak dan data-data yang tersimpan dalam memorinya (terutama
pada long term memori) dalam proses berpikirnya. Berpikir itu berkaitan dengan
aktivitas mental dan atau kognitif yang berujud pada pengolahan dan
pemanipulasian informasi dari lingkungan dengan simbol-simbol atau
materi-materi yang disimpan dalam ingatannya sehingga memungkinkan dirinya
mendapatkan pemecahan masalah yang dihadapinya. Berpikir juga dapat dipandang
sebagai pemrosesan informasi dari stimulus yang ada (starting position), sampai
pemecahan masalah (finishing position) atau goal state. Sebagai ilustrasi,
seseorang akan membeli mobil. Oleh penjual ditawarkan berbagai macam merk
dengan berbagai macam harga. Sebelum
pembeli itu memutuskan sesuatu jenis mobil yang akan dibelinya, si
pembeli mengolah informasi-informasi atau pengertian-pengertian yang ada pada
dirinya, kelebihan dan kelemahan masing-masing merk, hingga akhirnya pembeli
memutuskan pada merk tertentu. Jadi jelas bahwa berpikir pada akhirnya
memutuskan suatu tujuan dan tindakan mana yang sesuai dengan apa yang
dipikirkannya.
Selain itu, proses berpikir
juga melibatkan simbol-simbol berupa kata-kata atau bahasa (language) dan juga
bayangan atau gambaran (image). Sebagimana diungkapkan oleh Floyd L. Ruch
(1967) bahwa berpikir merupakan manipulasi atau organisasi unsur-unsur
lingkungan dengan menggunakan lambang-lambang atau simbol-simbol sehingga tidak
perlu langsung melakukan kegiatan yang tampak. Juga diungkapkan oleh Paul Mussen
dan Mark R. Rozenzweig (1973) bahwa the
term ‘thinking’ refers to many kind of activities that involve the manipulation
of concepts and symbols, representations of objects and events. Simbol-simbol
tersebut diperolehnya berdasarkan pengalaman-pengalaman sebelumnya. Dengan simbol
bahasa itu, manusia mampu menciptakan ratusan, ribuan simbol-simbol yang
memungkinkan manusia untuk berpikir secara sempurna. Selain itu, pelibatan image (Marx, 1976) dalam proses
berpikir juga memungkinkan manusia itu menemukan gambaran yang jelas tentang
persoalan yang dihadapinya. Berpikir dengan melibatkan image lebih mempertajam responnya terhadap stimulus yang
diterimanya. Pada umumnya, berpikir lebih melibatkan simbol bahasa daripada
simbol gambar.
Namun, proses berpikir juga
sangat dipengaruhi oleh kemampuan pengaturan ingatan dalam memori dan persepsi
terhadap stimulus yang masuk ke dalam proses tersebut. Hal ini akan menyebabkan
manusia memiliki gaya berpikir yang bervariasi dan berbeda dalam menanggapi
stimulus yang diterimanya. Kemampuan pengaturan informasi-informasi atau
data-data dalam long term memori
tergantung pada pengaturan yang sekuensional (teratur) atau pengaturan yang
random (acak). Sedangkan persepsi terhadap stimulus berkaitan dengan apakah
persepsi tersebut konkrit (nyata) atau abstrak (tidak nampak). Persepsi sendiri
diartikan sebagai pengalaman tentang objek , peristiwa, atau hubungan-hubungan
yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi
ialah memberikan makna pada stimuli inderawi (sensory stimuli) yang melibatkan
sensasi, atensi, ekspetasi, motivasi, dan memori (Desiderato, 1976: 129 dalam
buku Rakhmat, J, 2005: 51).
Persepsi dan pengaturan
informasi yang diolah dalam long term
memori yang berbeda-beda antar individu berimplikasi pada perbedaan
gaya berpikir individu itu sendiri. Dr.
Anthony F. Gregorc mengembangkan sebuah pendekatan dalam mengenali gaya
berpikir ini. Model ini memberikan wawasan, bagaimana pikiran individu itu
didominasi cara pandang individu tersebut dan bagaimana individu tersebut
mengatur informasi tersebut yang dituangkan dalam gaya berpikir. Gregorc
sendiri mengklasifikasi gaya berpikir (thinking style) tersebut menjadi 4
(empat) kategori berdasarkan kedua hal tersebut, yaitu: Sekuensional Konkrit,
Sekuensional Abstract, Random Abstact, dan Random Konkrit. Gaya berpikir ini
diharapkan mampu merumuskan dan merekomendasikan metode belajar seperti apa
yang seharusnya individu gunakan sehingga
diharapkan tujuan belajar dapat dicapai secara optimal oleh setiap individu.
b) Permasalahan
Permasalahan yang dirumuskan
dalam makalah ini sebagai berikut:
1) Bagaimana gaya berpikir itu sebenarnya?
2) Bagaimana menentukan gaya berpikir seseorang?
3) Bagaimana Belajar itu sebenarnya?
4) Bagaimana gaya berpikir mempengaruhi dalam
menentukan metode belajar seseorang?
II. PEMBAHASAN
a) Konsep Berpikir
Taylor dkk (1977:55)
mendefinisikan berpikir sebagai proses penarikan kesimpulan (Thinking is an inferring process).
Berpikir sebagai proses penarikan kesimpulan dari persoalan yang dipahami yang
kemudian mampu menemukan pemecahan persoalan itu sehingga menghasilkan
kesimpulan dan temuan baru. Tentunya, penarikan kesimpulan dalam proses
berpikir ini dipengaruhi rekayasa dan manipulasi data-data dan atau pengertian-pengertian
yang tersimpan dalam long term memori seseorang. Penarikan kesimpulan dalam
proses berpikir ini dibagikan 3 (tiga) macam, yaitu: realistik, deduktif, dan
induktif (Ruch, 1967:336). Berpikir realistik didefinisikan sebagai berpikir
dalam rangka menyesuaikan diri dengan dunia nyata. Berpikir deduktif adalah
proses penarikan kesimpulan dimulai dengan pernyataan umum yang kemudian
pernyataan khusus. Sedangkan berpikir induktif merupakan penarik kesimpulan
dari pernyataan-pernyataan khusus yang kemudian disimpulkan dalam pernyataan
umum. Sarbana (2002:48-49) mendefinisikan berpikir sebagai proses aktifnya otak
atau kognitif dalam mengolah infomasi yang diperlukan. Tentunya, proses kognisi
sangat berperan dalam berpikir karena berpikir itu sendiri bertujuan pada
pemecahan permasalahan yang tentunya memerlukan proses pertimbangan kognisi
sehingga menghasilkan suatu keputusan. Berkaitan dengan keputusan ini Rakhmat
(2005: 71) menegaskan bahwa (1) keputusan merupakan hasil berpikir, hasil usaha
intelektual; (2) keputusan selalu melibatkan pilihan dari berbagai alternatif;
(3) keputusan selalu melibatkan tindakan nyata, walaupun pelaksanaannya boleh
ditangguhkan atau dilupakan. Jadi dalam
proses berpikir, individu itu selalu dihadapkan kepada pilihan-pilihan atau
alternatif-alternatif yang harus dipilih oleh yang bersangkutan sebagaimana
dikemukakan pada ilustrasi di atas.
b) Konsep dan Cara Menentukan Gaya Berpikir
Anthony F. Gregorc, profesor
dibidang kurikulum dan pengajaran dari Universitas Connecticut, menyimpulkan
bahwa manusia dalam berpikir didominasi oleh dua konsep, yaitu:
- Konsepsi tentang obyek/wujud yang dibedakan menjadi persepsi konkret dan abstrak, seperti para filsuf tentunya lebih banyak menggunakan persepsi yang abstrak dibanding pekerja yang cenderung menggunakan persepsi konkret.
- Kemampuan pengaturan secara sekuensial (linear) dan Random (non linear). Mereka yang sekuensial itu layaknya seperti jam, berurut, setelah jam 1 pasti ke jam 2, 3, 4, dst, sedangkan yang acak sebaliknya meloncat-loncat, bahkan yang satu belum selesai sudah pindah ke yang lain.
Jika kedua konsep
tersebut dikombinasikan, maka didapat 4 kelompok gaya berpikir, yaitu: Sekuensial
Konkret, Sekuensial Abstrak, Random Konkret dan Random Abstrak. Memang
tidak semua orang dapat diklasifikasikan ke salah satunya, namun demikian
kebanyakan kita cenderung pada salah satu gaya pikir tersebut dari pada yang
lainnya. Berikut ini deskripsi tentang keempat gaya berpikir di atas:
1) Sekuensional Konkret
Persepsi yang
konkret dan pengaturan informasi yang sekuensional menghasilkan kombinasi
sekuensional Konkret. Tipe pemikir Sekuensial
Konkret realitas terdiri dari apa yang dapat mereka ketahui melalui indera
fisik, yaitu :(a) Indera Penglihatan, (b) Indera Perabaan, (c) Indera Pendengaran,
(d) Indera Perasaan, dan (e) Indera Penciuman. Tipe pemikir ini dapat mengingat
realitas dengan mudah dan mengingat fakta-fakta informasi rumus-rumus dan
aturan-aturan khusus dengan mudah. Makalah adalah salah satu sumber belajar
yang baik bagi tipe pemikir ini. Mereka menyukai prosedur khusus dan
pengarahan-pengarahan sehingga mereka mampu menjadi orang bisnis yang baik. Kiat-kiat jitu bagi pemikir ini adalah :(a) Membangun
organisasional, (b) Cari tahu detil apa
yang diperlukan, (c) Membagi proyek menjadi beberapa tahapan, dan (d) Menata
lingkungan kerja yang tenang.
2)
Sekuensional Abstrak
Persepsi yang
abstrak dan pengaturan informasi yang sekuensional menghasilkan kombinasi
Sekuensional Abstak. Tipe pemikir
sekuensional Abstrak meliputi pemikir yang bisa menemukan gagasan yang
kadang-kadang tidak terpikirkan oleh orang lain. Filosof dan ilmuwan peneliti
ternama mempunyai cara berfikir tipe ini, mereka berfikir dalam konsep dan
menganalis informasi. Dunia mereka adalah dunia
teori metafisis dan pemikiran abstrak. Mereka sangat menghargai orang-orang dan
peristiwa-peristiwa yang teratur rapi. Proses berfikir mereka adalah proses
berpikir logis, rasional dan intelektual. Aktivitas favorit mereka adalah
membaca, dan jika mereka mengerjakan sesuatu mereka akan melakukan dan
memikirkan secara mendalam. Mereka ingin mengetahui sebab-sebab dibalik akibat
dan memahami teori-teori dan konsepnya. Biasanya mereka lebih suka bekerja
sendiri dari berkelompok. Dapat disimpulkan bahwa tipe ini adalah tipe yang
konseptor dan pemikir yang mendalam
suatu pandangan atau peristiwa permasalahan yang terjadi.
3) Random
Abstrak
Kombinasi persepsi yang abstrak dengan
pengaturan informasi yang random (acak) menghasilkan kombinasi Random abstrak. Dunia nyata pada tipe pemikir Acak
Abstrak adalah dunia perasaan dan emosi. Mereka tertarik pada nuansa dan
sebagian lagi cenderung pada mistisme. Pikiran pada tipe ini menyerap ide-ide,
informasi dan kesan serta mengaturnya dengan refleksi. Perasaan sangat
mempengaruhi dan dapat lebih meningkatkan belajar mereka.
Tipe pemikir ini merasa dibatasi ketika berada di lingkungan yang sangat teratur, mereka suka berkiprah di lingkungan yang tidak teratur yang berkaitan dengan banyak orang. Beberapa kiat bagi tipe pemikir ini adalah : (1) Gunakan kemampuan alamiah untuk bekerja sama dengan orang lain, (2)Ketahuilah betapa emosi dapat mempengaruhi konsentrasi, (3) Bangunlah kekuatan belajar dengan berasosiasi, (4) Lihatlah gambaran besar, (5) Waspadalah terhadap waktu, dan (6)Gunakan isyarat-isyarat visual.
Tipe pemikir ini merasa dibatasi ketika berada di lingkungan yang sangat teratur, mereka suka berkiprah di lingkungan yang tidak teratur yang berkaitan dengan banyak orang. Beberapa kiat bagi tipe pemikir ini adalah : (1) Gunakan kemampuan alamiah untuk bekerja sama dengan orang lain, (2)Ketahuilah betapa emosi dapat mempengaruhi konsentrasi, (3) Bangunlah kekuatan belajar dengan berasosiasi, (4) Lihatlah gambaran besar, (5) Waspadalah terhadap waktu, dan (6)Gunakan isyarat-isyarat visual.
4) Random Konkret
Kombinasi persepsi yang konkret dengan pengaturan informasi yang random
(acak) menghasilkan kombinasi Random Konkret. Untuk pemikir Random Konkret
mempunyai sikap eksperimental yang diiringi dengan perilaku yang kurang terstruktur.
Mereka berdasarkan pada kenyataan tetapi sering melakukan coba-coba (trial and
error) karenanya mereka sering melakukan lompatan yang intuitif yang diperlukan
untuk pemikiran kreatif yang sebenarnya.
Mereka mempunyai dorongan yang kuat untuk menemukan alternatif dan mengerjakan segala sesuatu dengan cara mereka sendiri dan waktu bukanlah skala prioritas bagi orang-orang pemikir ini. Mereka lebih terobsesi pada pada proses daripada hasil. Pemikir tipe ini berpegang pada realitas dan mempunyai sikap ingin mencoba. Beberapa kiat bagi pemikir acak konkret adalah: (1)Lihatlah logika, (2) Suburkan kecenderungan, (3) Upayakan keteraturan, dan (4) Analisislah orang-orang yang berhubungan dengan kita.
Mereka mempunyai dorongan yang kuat untuk menemukan alternatif dan mengerjakan segala sesuatu dengan cara mereka sendiri dan waktu bukanlah skala prioritas bagi orang-orang pemikir ini. Mereka lebih terobsesi pada pada proses daripada hasil. Pemikir tipe ini berpegang pada realitas dan mempunyai sikap ingin mencoba. Beberapa kiat bagi pemikir acak konkret adalah: (1)Lihatlah logika, (2) Suburkan kecenderungan, (3) Upayakan keteraturan, dan (4) Analisislah orang-orang yang berhubungan dengan kita.
Selanjutnya, Gregorc juga telah merumuskan kuesioner yang dapat
menentukan seseorang tergolong pada tipe atau gaya berpikir yang telah digambarkan di atas.
Kuesioner ini disebut dengan Kuesioner Byts. Berikut ini contoh kuesioner
tersebut, yaitu:
Tabel
1. Kuesioner Byts
Untuk
Menentukan Gaya
Berpikir
No
|
A
|
B
|
C
|
D
|
||||
1
|
|
Informasi
|
|
Konsep
|
|
Khayalan
|
|
Tiba-tiba
|
2
|
|
Terbukti
|
|
Kritis
|
|
Menyenangkan
|
|
Baru
|
3
|
|
Cara
|
|
Ide
|
|
Partisipasi
|
|
Tujuan
|
4
|
|
Sendiri
|
|
Satu
gagasan
|
|
Bekerja
sama
|
|
Bersaing
|
5
|
|
Bekerja
|
|
Berpikir
|
|
Berperasaan
|
|
Pencoba
|
6
|
|
Terencana
|
|
Terpola
|
|
Tercakup
|
|
Semua beres
|
7
|
|
Fakta
|
|
Sebab
akibat
|
|
Orang
yang terlibat
|
|
Tantangan
|
8
|
|
Tuntas
|
|
Sepakat
|
|
Reda
|
|
Puas
|
9
|
|
Data
|
|
Konsep
|
|
Berputar
|
|
Lompatan
|
10
|
|
Apa
adanya?
|
|
Ada apanya?
|
|
Siapa
saja?
|
|
Mengapa?
|
11
|
|
Satu
subjek
|
|
Hubungan
antar subjek
|
|
Pengajar
|
|
Manfaat
|
12
|
|
Akurasi
|
|
Beralasan
|
|
Pertimbangan
|
|
Berbeda
|
13
|
|
Langkah
|
|
Akibat
|
|
Spontanitas
|
|
Peluang
|
14
|
|
Mencatat
|
|
Berargumen
|
|
Menafsirkan
|
|
Menyimpulkan
|
15
|
|
Pengatur
|
|
Peneliti
|
|
Penasihat
|
|
Innovator
|
(Ketentuan:
Berikan skor pada yang paling sesuai secara berurutan. Skor 4 (paling sesuai),
skor 3 (sesuai), skor 2 (kurang sesuai), dan skor 1 (tidak sesuai))
Sumber:
Sarbana dkk (2002:67-68)
Kuesioner tersebut di atas berfungsi
sebagai penentu kategori gaya
berpikir seseorang yang mana lebih mengarah. Dominasi jawaban yang sesuai atau
paling sesuai untuk Kolom A menunjukkan bahwa tipe orang tersebut tergolong
pada Sekuensional Konkret, untuk kolom B tergolong Sekuensional Abstrak, untuk
kolom C tergolong pada Random Abstrak, dan untuk kolom D tergolong pada Random
konkret.
c) Konsep Belajar dan prinsif-prinsif Belajar
Skinner (1958:199)
mendefinisikan belajar “learning is a
process of progressive behavior adaptation”. Dari definisikan tersebut
dapat dikemukakan bahwa belajar itu merupakan suatu proses adaptasi perilaku
yang bersifat progresif atau berkesinambungan. Ini berarti bahwa sebagai akibat
dari belajar adanya sifat progresivitas, adanya tendensi ke arah yang lebih
sempurna atau lebih baik dari keadaan sebelumnya. Morgan, dkk (1984:112)
melengkapi definisi tersebut bahwa “learning
can be defined as any relatively permanent change in behavior which occurs as a
result of practice or experience”. Definisi ini bermaksud bahwa belajar
merupakan perubahan perilaku yang permanen akibat hasil latihan dan atau
pengalaman seseorang.
Bertitik tolak dari definisi
yang disebut di atas bahwa ada beberapa hal yang berkaitan dengan belajar,
yaitu:
(1) Belajar merupakan suatu
proses yang mengakibatkan adanya perubahan perilaku.
(2) Perubahan perilaku itu
dapat aktual, yaitu yang menampak, tetapi juga bersifat potensial, yang tidak
nampak pada saat itu, namun nampak pada kesempatan yang lain.
(3) Perubahan yang disebabkan
belajar itu bersifat relatif permanen, yang berarti perubahan itu akan bertahan
dalam waktu yang relatif lama.
(4) Perubahan perilaku - baik yang aktual maupun yang potensial
merupakan hasil belajar yang melalui pengalaman dan latihan.
Pada dasarnya, hasil belajar
itu mempengaruhi dan membentuk gaya berpikir karena dalam belajar selalu
melibatkan fungsi kognisi atau berpikir itu sendiri. Pembentukan gaya berpikir
ini tentunya juga dipengaruhi oleh lingkungan atau pengalaman yang dialami oleh
individu. Namun juga, gaya berpikir akan mempengaruhi gaya dan atau pola
belajar dan bekerja seseorang. Hubungan ini bersifat implikatif satu sama lain.
Pola belajar tersebut dengan tipe-tipe gaya berpikir yang disebut di atas
tentunya beda satu dengan yang lainnya.
d) Gaya Berpikir Menentukan Prinsif-prinsif dalam Belajar
Telah
dipaparkan di atas bahwa gaya berpikir dan belajar memiliki hubungan yang
implikatif yang keduanya menggunakan proses kognisi di dalamnya. Tipe gaya
berpikir Sekuensional Konkret dapat mengingat
realitas dengan mudah dan mengingat fakta-fakta informasi rumus-rumus dan
aturan-aturan khusus dengan mudah. Prinsif belajarnya tipe ini adalah prosedur
dan keteraturan satu dengan lain. Tipe ini menyukai belajar yang berurutan dan
tidak menyukai sesuatu yang tidak teratur. Selanjutnya, tipe gaya berpikir Sekuensional Abstrak selalu
berpikir logis, rasional dan intelektual. Prinsif belajarnya tipe ini adalah
konseptor dan penuh gagasan yang mendalam. Tipe ini menyukai keteraturan sama
halnya dengan tipe sebelumnya, namun bedanya tipe ini lebih menyukai berpikir
daripada merealisasikan pikirannya. Selanjutnya tipe gaya berpikir Random Abstrak sanantiasa
berpikir berdasarkan perasaan dan emosi. Tipe pemikir ini merasa dibatasi
ketika berada di lingkungan yang sangat teratur, mereka suka berkiprah di
lingkungan yang tidak teratur yang berkaitan dengan banyak orang. Prinsif
belajarnya tipe ini adalah ketidakteraturan dan menyukai melibatkan emosi dan
perasaan dalam pemahaman dalam pembelajaran. Yang terakhir adalah tipe gaya berpikir Random
Konkret. Tipe pemikir Random Konkret mempunyai sikap eksperimental yang
diiringi dengan perilaku yang kurang terstruktur. Mereka berdasarkan pada
kenyataan tetapi sering melakukan coba-coba (trial and error) karenanya mereka
sering melakukan lompatan yang intuitif yang diperlukan untuk pemikiran kreatif
yang sebenarnya.
Mereka mempunyai dorongan yang kuat untuk menemukan alternatif dan mengerjakan segala sesuatu dengan cara mereka sendiri dan waktu bukanlah skala prioritas bagi orang-orang pemikir ini. Mereka lebih terobsesi pada pada proses daripada hasil. Pemikir tipe ini berpegang pada realitas dan mempunyai sikap ingin mencoba. Prinsif belajar tipe ini adalah kreatifitas dan ketidakteraturan atau ketidakurutan. Tipe ini mampu meciptakan terobosan-terobosan atau inovasi terhadap suatu persoalan yang dihadapinya.
Mereka mempunyai dorongan yang kuat untuk menemukan alternatif dan mengerjakan segala sesuatu dengan cara mereka sendiri dan waktu bukanlah skala prioritas bagi orang-orang pemikir ini. Mereka lebih terobsesi pada pada proses daripada hasil. Pemikir tipe ini berpegang pada realitas dan mempunyai sikap ingin mencoba. Prinsif belajar tipe ini adalah kreatifitas dan ketidakteraturan atau ketidakurutan. Tipe ini mampu meciptakan terobosan-terobosan atau inovasi terhadap suatu persoalan yang dihadapinya.
III. KESIMPULAN
Belajar membentuk pola atau gaya berpikir seseorang,
namun selanjutnya, pola atau gaya berpikir ini akan menentukan prinsip-prinsip
yang dilakukan dalam belajar. Gaya berpikir dan belajar memiliki hubungan
implikatif satu sama lain dan keduanya sama-sama menggunakan proses kognisi
dalam prosesnya. Sebenarnya, tidak ada satu gaya berpikir yang lebih baik
dibanding gaya berpikir lainnya. Keempat gaya berpikir disebutkan di atas
memiliki kelebihan dan kelemahan tersendiri dalam menyesuaikan prinsip-prinsip
dalam belajar.
IV. DAFTAR PUSTAKA
DePorter, Bobbi dan Hernacki Mike. 1999. Quantum Learning, dialihbahasakan oleh Alwiyah Abdurrahman. Bandung: Penerbit Kaifa.
Dryden, Gordon dan Von Jeannette. 1999. The Learning Revolution. USA: The
Learning Web
Mcdens13. 2010. Menemukan Gaya Berpikir. Diunduh tanggal 21 Juli 2011 dari
http://mcdens13.wordpress.com/2010/04/28/menemukan-gaya-berpikir/
Rakhmat,
Jalaluddin. 2005. Psikologi Komunikasi.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Sarbana, Baban, dkk. 2002. Ampuh Menjadi Cerdas Tanpa Batas. Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo.
Setiawan, Yamin. 2007. Test Gaya
Berpikir. Diunduh tanggal 21 Juli 2011 dari http://www.yaminsetiawan.com/cgi-bin/click.pl?id=test03&url=/test/test03.html
Sunaryo, Busori. 2008. Gaya Berpikir. Diunduh
tanggal 21 Juli 2011 dari
http://busori.blogspot.com/2008/09/gaya-berpikir-kita.html
Walgito, Bimo. 2005. Pengantar Psikologi Umum. Edisi Revisi. Yogyakarta:
CV. Andi Offset.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar